Mie Sabe Mangat, Warung Legendaris yang Bertahan Sejak 1988


Di sudut Lambaro Angan, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar, berdiri sebuah warung sederhana dengan papan nama yang mulai pudar dimakan usia: Sabe Mangat. Sekilas, bangunannya tak mencolok—pendek dan memanjang ke belakang, sekitar 4×7 meter. Namun, bagi warga sekitar, warung ini adalah ikon kuliner yang telah bertahan sejak 1988.

“Kami orang asli menyebutnya Mie Si Kembar. Kalau orang luar, Mie Sabe Mangat,” kata Baluqia, pelanggan setia warung ini.

Dikelola oleh dua saudara kembar, warung ini memiliki dapur terpisah untuk meracik minuman dan memasak mie instan khas mereka. Dengan harga yang tetap terjangkau—hanya Rp7 ribu per porsi—pengunjung bisa menikmati cita rasa yang tak berubah selama puluhan tahun.

“Sebentar lagi pasti penuh, orang antre dulu di parkiran. Kalau dilihat kosong, baru masuk,” kata Baluqia.

Dengan konsep sederhana namun ikonik, Mie Sabe Mangat tak sekadar menjadi tempat makan, melainkan bagian dari sejarah dan tradisi masyarakat setempat.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama