76 Pengungsi Rohingya yang Terdampar di Aceh Timur Akhirnya Ditampung di Seunebok Rawang


Aceh Timur kembali menjadi lokasi pendaratan bagi para pengungsi Rohingya. Sebanyak 76 orang yang terombang-ambing di perairan Desa Leuge, Kecamatan Peureulak, akhirnya dievakuasi dan ditampung di lapangan bola Gampong Seunebok Rawang, Kecamatan Peureulak Timur, pada Rabu malam (29/1/2025).

Kedatangan mereka awalnya mendapat penolakan dari warga setempat. Namun, setelah melalui musyawarah dengan berbagai pihak terkait, akhirnya diputuskan para pengungsi diizinkan turun dan dipindahkan ke lokasi penampungan sementara di Seunebok Rawang.

“Setelah melalui pertimbangan dan koordinasi dengan berbagai pihak, akhirnya pengungsi dibawa ke Seunebok Rawang. Proses evakuasi berjalan lancar dan selesai sekitar pukul 21.00 WIB,” ungkap Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Aceh Timur, Iskandar, kepada Masakini.co, Kamis (30/1/2025).

Iskandar menjelaskan, dari total 76 pengungsi, terdapat 42 laki-laki, 34 perempuan, dan empat balita. Mereka mengaku datang dari Myanmar dengan menggunakan sebuah kapal kayu yang berbeda dengan kapal nelayan yang biasa digunakan di Aceh.

“Jenis kapal yang mereka gunakan tidak seperti kapal nelayan Aceh pada umumnya, ini khas kapal dari Myanmar. Berdasarkan hasil pemeriksaan awal, kami memastikan bahwa seluruh orang di kapal itu merupakan pengungsi Rohingya,” ujarnya.

Menurut Iskandar, jika mereka berasal dari kamp pengungsian Cox’s Bazar di Bangladesh, biasanya ada warga Bangladesh yang ikut dalam perjalanan tersebut. Namun, dalam kapal ini tidak ditemukan satu pun penumpang dari Bangladesh, sehingga semakin menguatkan dugaan bahwa mereka langsung berasal dari Myanmar.

Sementara itu, kondisi lapangan bola Seunebok Rawang yang dijadikan tempat penampungan semakin padat dengan kedatangan kelompok pengungsi baru ini. Meski demikian, belum ada opsi lokasi lain yang lebih layak untuk menampung mereka di wilayah Aceh Timur.

“Kalau ditanya apakah tempat ini cukup? Tentu sudah semakin penuh. Tapi untuk saat ini, inilah tempat yang paling memungkinkan dan masih bisa digunakan sebagai lokasi sementara bagi para pengungsi,” pungkas Iskandar.

Kedatangan pengungsi Rohingya di Aceh terus menjadi perhatian, mengingat banyaknya tantangan yang harus dihadapi, baik dari sisi kemanusiaan maupun respons masyarakat lokal. Pemerintah dan berbagai organisasi kemanusiaan terus berkoordinasi untuk memastikan mereka mendapatkan perlindungan sesuai prinsip kemanusiaan.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama